Listen This :) You Belong With Me by Taylor Swift

Rabu, 25 Mei 2016

JIKA AKU MENJADI LEGISLATOR KAMPUS

“…untuk negeri tercinta…”
Sepenggal lirik yang awalnya begitu asing, tak pernah ku mendengar lirik itu saat ku di SMK. Ku dengar dan ku kenal lirik itu di tempat ini. Sehari, seminggu, sebulan, setahun dan hampir empat tahun berada di tempat ini, perlahan tapi pasti lirik itu mulai terbiasa ku dengar saat ini.
“Hidup Mahasiswa!!!”
“Hidup Rakyat Indonesia!”
Dua kalimat itu, biasa kita sebut dengan jargon atau dalam bahasa kerennya disebut tagline. Kedua kalimat itu adalah kalimat sambutan yang juga baru ku dengar saat memasuki tempat ini. Saat aku dan seluruh temanku yang kala itu disebut sebagai mahasiswa baru berkumpul untuk mengikuti suatu acara yang kita semua mengenalnya Masa Pengenalan Akademik (MPA), tepatnya MPA Universitas Negeri Jakarta tahun 2012.
Terhitung sudah hampir empat tahun sejak berlalunya masa itu. Namun, ku masih ingat betul bentuk Gedung Serba Guna Kampus B UNJ yang cukup luas walau menjadi sangat sempit saat dimasuki oleh kami semua yang berjumlah ± 4000 orang. Aku juga masih ingat riuhnya sorak sorai saat disugguhi pertujukkan dari berbagai organisai yang dibarengi dengan tetasan keringat di dahi serta baju yang basah karana kondisi yang panas.
Sebenarnya bukan hanya di GSG kami disugguhi pertunjukkan seperti itu, di fakultas ku pun falkutas ekonomi aku juga mendapat hal yang sama hanya saja organisasi tingkat fakultas. Saat itu, sebagai sorang mahasiswa baru, tak kupungkiri organisasi-organisasi itu membuatku akhirnya mempertimbangkan bergabung di organisasi yang mana. Entah ada angin apa sampai aku tertarik untuk bergabung ke salah satu organisasi. Padahal, di SMK dulu aku sama sekali tidak tertarik organisasi. Traumaku atas organisasi diawali saat aku di SMP. Saat itu, sebagian besar anggota OSIS di SMP ku hanya menumpang nama dan membuat berbagai “kubu” untuk meningkatkan eksistensi mereka. Hal itu membuat berpikir organisasi adalah hal yang tidak berguna dan membuang waktu. Namun, packaging yang menarik dari beberapa organisasi di UNJ membuatku berpikir ulang untuk bergabung dengan suatu organisasi. Selain itu, nasihat beberap senior yang telah ku kenal menyarankaku untuk bergabung dengan organisasi. Mereka memberikan pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan kelebihan bergabung dengan organisasi.
Setelah berpikir dan meminta petunjuk Allah akhirny ku putuskan untuk bergabung dengan sebuah organisasi yang bernama Badan Semi Otonom Kelompok Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi (BSO KSEI FE UNJ. Awalnya aku hanya ingin bergabung dengan satu organisasi, akan tetapi ajakan seorang teman membuatku semakin bersemangat dan memutuskan untuk bergabung pada organisasi yang lain yaitu Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Ekonomi. Keputusanku untuk mempertimbangkan masuk organisasi di UNJ mengubah orientasiku ke depannya di kampus hijau ini.
Aku yang dulu fokus pada satu hal yaitu akademik, aku yang dulu hanya terkungkung pada satu tempat yang disebut kelas, aku yang dulu mengisi waktu luangku untuk menonton televisi atau hanya sekadar tidur, ya itulah aku yang dulu mulai mengubah diri melalui organisasi. Ku mulai mengenal sebuah persaudaraan walau tanpa hubungan darah, ku mulai mengenal rumah walau hanya sepetak ruangan yang ku sebut sekretariat. Satu langkah penting itu, keputusan untuk masuk organisasi kampus membuatku berubah tidak hanya fokus pada akademik tapi juga pada organisasiku, membuatku tidak terkungkung pada satu tempat saja tapi bagai burung yang dapat terbang bebas dan tentu saja mengisi waktuku dengan perkerjaan yang jauh lebih bermanfaat baik untuk diriku sendiri maupun orang lain serta mendapatkan keluarga baru. Itulah sepenggal kisah singkatku bergabung dengan organisasi kampus.
Apakah bergabung dengan organisasi berarti aku telah menjadi legislator kampus? Kawan, legislator kampus tidak sesederhana itu. Legislator sendiri merupakan suatu kata yang tidak asing sejak kuputuskan bergabung dengan BPM FE saat itu. Walaupun saat itu aku tak tahu pasti apa artinya, apa esensi yang sebenarnya dari seorang legislator. Aku hanya tahu satu hal saat itu yaitu belajar sebaik-baiknya untuk menjadi seorang anggota organisasi yang baik. Hanya prinsip itu yang ku pegang teguh sampai saat ini. Sebuah materi dari kakak seniorku sekitar seminggu yang lalu menyadarkanku apa arti seorang legislator yang sebenarnya. Memang terdengar terlambat mengetahui arti legislator yang sesungguhnya saat ini. Tapi, bukankah terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali.
Kak Ulfa atau kadang ku panggil Kak Paul merupakan senior yang memberikan materi itu. Materi itu berjudul “Konsep Ideal Seorang Lagislator Kampus”. Dari materi itu aku tahu bagaimana seharusnya menjadi seorang legislator. Salah satu point yang ku dapat bahwa seorang legislator adalah orang yang mampu dan mau menyampaikan aspirasi mahasiswa. Tanpa sadar, masuk organisasi merupakan merupakan langkah awal menjadi seorang legislator yang sesungguhnya. Kenapa? Karena dengan masuk ke suatu organisasi berarti kita mempunyai wadah untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa. Alhamdulillah, ternyata keputusanku sekitar hampir empat tahun lalu tidaklah salah.
Kemudian, kak Ulfa juga mengatakan bahwa seorang legislator sejati tidak berhenti pada satu tahap. Legislator yang idela harus berani malangkahkan kakinya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu dari fakultas ke universitas. Puji syukur kembali ku panjatkan ke Allah yang Maha Esa yang sampai detik ini masih menuntunku. Allah telah menghidupkan keberanian dalam diriku sehingga beberapa bulan lalu aku memutuskan untuk lanjut ke organisasi di tingkat universitas yaitu Majelis Tinggi Mahasiswa (MTM) UNJ. Mencoba membangun rumah baru di gedung G yang dulu sempat kutakuti karena lingkungannya yang keras.
Aku sadar aku sudah berada di jalan yang benar untuk menjadi legislator kampus yang ideal. Aku sudah berada pada jalan menjadi seorang legislator kampus yang ideal. Hanya saja pekerjaan rumahku masih banyak. Legislator yang ideal bukan hanya tentang melanjutkan organisasi di universitas namun lebih dari itu. Amanah utama seorang legislator kampus yaitu menyampaikan aspirasi mahasiswa secara keseluruhan baik mahasiswa yang juga mengikuti organisasi, mahasiswa yang kuliah –pulang, maupun mahasiswa yang suka “nongkrong” di setiap sudut UNJ. Seorang legislator sejati harus mampu mengakomodasi seluruh aspirasi mahasiswa tersebut walaupun setiap mahasiswa pasti mempunyai aspirasi yang berbeda.
Ku sadari, walau aku sudah berada di jalan yang benar namun perjalananku untuk mejadi legislator sejati masihlah panjang. Perjalanan ini merupakan perjalanan yang tidak akan bebas dari onak dan duri. Perjalanna ini bukan perjalanan yang lurus dan lancar naum perjalanan yang penuh kelok. Tujuan akhir menjadi seorang legislator sejati memang bukan tujuan yang mudah. Jadi, pantaslah jika aku harus melalui jalan panjang yang sulit. Aku percaya bahwa kemampuan manusia itu tidak terbatas, kecilnya kemauan dalam menggapai sesuatu yang membuat keterbatasan itu muncul. Untuk mencapai tujuan akhir menjadi seorang legislator kampus yang sejati maka kemauan yang kuat menjadi syarat mutlak dalam usaha pencapaian ini. Maka dari itu, jika aku menjadi legislator kampus sejati maka aku akan dapat menjadi jembatan dalam menyampaikan aspirasi mahasiwa UNJ ke birokrat.


~ Sekian ~